Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2008

Ke Monas (lagi!).

Kalau ingat masa lalu, orang-orang di televisi yang sangat ingin melihat Monas dan berfoto di depannya, terlihat norak bagi saya. Tapi, akhirnya semua itu terjadi juga pada saya, Sabtu 13 Desember 2008 jam 4 sore. Sebenarnya ke Monas sih pernah, beberapa bulan lalu, letaknya tidak jauh dari tempat saya tinggal, naik bajaj cukup bayar 10 ribu rupiah. Kali ini, karena bersama keluarga dan mereka sangat ingin melihat Monas, maka saya harus menemani. Hujan gerimis menyambut saat kami tiba di sana. Celakanya, saya lupa membawa payung. Alhamdulillah, tidak terlalu deras. Setelah berjalan-jalan sebentar, kami pun memutuskan untuk berfoto di depan Monas. Kesempatan bersama yang amat sangat jarang selama 5 tahun terakhir ini, sayang untuk tidak diabadikan, apalagi karena ketiadaan kamera :( !!!!! Kami pun berfoto (dengan latar belakang Monas!). Pesan Moral dari ini :"Jangan pernah bilang kalau orang lain itu norak karena suatu hal, karena mungkin itu bisa terjadi pada dirimu sendiri!

I'm Not a Boy...sebuah klarifikasi

Ternyata, mempunyai nama sepanjang Mudhalifana Haruddin, tidak membuat orang-orang 'ngeh' kalau itu nama cewek, bukan cowok,heh! So, kali ini para pembaca yang terhormat, once again let me clarify,Mudhalifana Haruddin is a girl not a boy..(kapok dah dipanggil mas ato bro! ) Selain itu juga, kalau diperhatikan dengan seksama, di bawah "geophysicist wanna be" ada teks yang menyatakan kalau saya adalah "seorang warga negara dan wanita Indonesia biasa". Jelas kan? Tapi, daripada marah-marah dan buang-buang energi, tidak ada salahnya kalau dalam kesempatan ini saya mengucapkan "Taqabbalallahu minna wa minkum, SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1429 H, maafkan segala kesalahan dan moga kita dapat meniru pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail, amin!" Lebaran Haji kali ini, begitu bermakna...Alhamdulillah!!

Diskusi Buku :The Last Lecture

Sabtu, 29 November 2008. Waktu menunjukkan pukul 15.30, bergegas menuju ke jalan raya. P10, Kopaja 20 lalu kopaja 612. Sampai juga di Paramadina, auditorium. Setengah lima lewat, terlambat setengah jam, "it's normal!". Andy F Noya sedang melakukan prolog, pembicara tamu belum dihadirkan. 5 kurang lima, mereka pun dipanggil. Hujan turun, petir juga sesekali menyambar. Esty Nugraha, sang adik angkat penulis buku The Last Lecture, Randy Pausch, mendapat kesempatan pertama. Dia bercerita tentang proses adopsinya, sebagian besar lagi mengenai kedermawanan keluarga Pausch. Randy Pausch, seorang professor ilmu komputer dari Universitas Carnegie Mellon, divonis kanker pankreas dua tahun yang lalu. Buku yang ditulisnya bersama Jeffrey Zaslow, menjadi inspirasi bagi banyak orang, diilhami oleh kuliah terakhir yang diberikan Randy bagi mahasiswanya. Buku tersebut bukan berisi kegundahan Randy akan penyakitnya atau tentang sekarat melainkan optimismenya tentang hidup, mimpi-mimpinya.