Beberapa minggu yang lalu, saya mendapat pemandangan langka. Seorang remaja lelaki menemani ibunya berbelanja di pasar. Kenangan pun kembali mengajak saya, memutar memori, tentang pasar tradisional. Ritual ini adalah hal yang saya benci, waktu kecil dulu. Betapa tidak, pasar adalah tempat dimana kakiku tak pernah selamat dari becek dan lumpur, lengket -basah dan bau. Belum lagi bau dan panasnya, pokoknya segala ketidaknyamanan ada di pasar. Mama tidak mau tau, dia biasa berjalan di depan dan selalu menyuruh saya berjalan lebih cepat lagi,dan lebih sering lagi meninggalkan saya yang bergulat dengan tanah berlumpur dikaki. Sekarang, ke pasar adalah kebiasaan baru lagi. Dalam seminggu, berbelanja di pasar bisa saya lakukan tiga atau empat kali. Rajin? Bukan. Ini dikarenakan tempat transit angkot saya ada di pasar. Jadi, sekalian saja saya lakukan, toh tidak butuh ongkos lebih dan tidak memakan waktu banyak. Lagipula, pasarnya juga kalau hujan tidak terlalu becek. Oje...