Langsung ke konten utama

The Journeys 2: Cerita dari Tanah Air Beta

Jika orang lain mesti menyisihkan uang dan cutinya demi liburan ke pantai atau gunung, maka saya tidak. Tiap hari adalah liburan :)

Dengan hanya menumpang angkot (di daerah saya dikenal dengan pete-pete), maka tiap hari saya akan menikmati nikmatnya angin pantai dan sejuknya gunung dan bukit. 

Adalah purirano, sebuah kelurahan di paling ujung Kendari, lokasi kantor saya. Dengan melewati beberapa tanjakan dan turunan, pantai dan perumahan penduduk, stasiun pengisian BBM, pabrik  Semen, maka sampailah saya di sana. Dua puluh menit saja dari "kota"-nama wilayah di kota ini, yang memang dahulu adalah pusat kota, sebelum bergeser ke pusat yang baru.

Meski secara administratif Purirano masih berada di ibukota provinsi (Sulawesi Tenggara), namun drastis suasana yang ada adalah pedesaan. Rumah-rumah masih jarang, dan embel-embel sebagai kota nyaris tak terlihat, selain jalan yang lumayan mulus.

Langit dan laut biru 

 Saat pagi hari, laut surut dan hujan (dari jendela pete-pete)

Suasana depan kantor, "country" banget :)

Jalanan yang mulus itu baru saja hadir, di ujung 2011. Sebelumnya jalanannya sangat rusak, dan angkutan yang mau ke sana sangat sedikit. Angkot yang melayani jalur ini pun hanyalah armada "second" atau kelas dua. 

Di dalam angkot tujuan Purirano 

Enaknya naik angkot ini adalah ngetemnya tidak lama. Walaupun penumpangnya cuman satu, sopirnya tak suka menunggu lama-lama.

So, bagi yang mau ke Sulawesi Tenggara, khususnya Kendari, yang tau mau pergi jauh-jauh dari kota namun mau yang suasana "ndeso", ke sini aja. Cari saja pete-pete Purirano, angkot biru dengan strip putih, di depan Toserba Nusantara daerah kota. Silakan nikmati angin laut dan gunung di sana.....


Salam dari Kendari, di kaki tenggara pulau Sulawesi


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.