Langsung ke konten utama

Mengimpor Pemimpin

Sudah bulan ketiga di tahun 2012, sudah masuk musim rambutan #eh pilkada lagi.
Di antara pilkada (istilah resminya siy pemilukada, tapi saya lebih
senang singkatan yang lama, pilkada) yang ada, yang paling "seksi" di
mata banyak orang mungkin punya DKI Jakarta.
Kota gemuk yang jadi pusat segala di Indonesia ini rupanya menarik
beberapa "jagoan" dari tempat lain buat berebut kursi teratasnya.
Sebutlah nama Alex Noerdin dari Sumatera Selatan (sekarang menjabat
gubernur), dan Joko Widodo dari Solo (walikota).
Dari hitung-hitungan kepopuleran, maka Alex Noerdin bisa dibilang di
bawah Joko Widodo. Nama gubernur Sumsel ini mungkin banyak didengar
saat Sea Games kemarin, dan saat kasus korupsi Nazaruddin baru ini.
Sedangkan Joko Widodo mengemuka namanya dengan prestasi sebagai
walikota Solo, atau dalam heboh Mobil Esemka.
Keduanya akan bertanding melawan jago dari kandang Jakarta, Fauzi
Bowo, serta kandidat lain yang kebetulan tinggal di Jakarta (atau
malah pinggiran Jakarta, Banten / Jabar). Seru sepertinya keriaan
Jakarta yang satu ini. Sangat dinantikan hasilnya, apakah yang impor
menang atau bibit lokal?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.