Mungkin hampir semua penggemar bulutangkis tahu kalau dari tanggal 19 kemarin ada ajang beregu bergengsi yang dipertandingkan, Piala Sudirman. Tahun ini dilangsungkan di negeri tetangga, Malaysia.
Berada di grup A, bersama juara bertahan Cina dan India membuat peluang Indonesia untuk lolos terbilang lumayan besar. Mengingat India yang hanya unggul di beberapa sektor, yakni tunggal putri dan putra (beberapa pemain mereka sempat menjadi juara atau selalu menyulitkan tunggal-tunggal terbaik dunia). Sedangkan di nomor ganda, pasangan-pasangan kita lebih bagus secara prestasi dan peringkat. Kita masih bisa merebut poin dari India, dan setidaknya melaju ke putaran selanjutnya sebagai runner up grup di bawah Cina (yang hampir bisa dipastikan sebagai juara grup).
Yang semuanya memang terbukti, Indonesia lolos ke babak perempat final setelah menang lawan India dan kalah melawan Cina (India tersingkir karena tak pernah menang).
Di babak perempat final, berbeda dari pelaksanaan sebelumnya, penentuan "siapa bertemu siapa" dilakukan dengan undian (ini lebih karena faktor skandal Olimpiade London sebelumnya). Sayangnya, hasilnya mempertemukan Indonesia dengan Cina kembali (yang sangat tidak menguntungkan @_@ ).
Maka bertemulah keduanya pada siang tadi.
Partai pertama yaitu ganda campuran mempertemukan dua ganda terbaik dunia, Tontowi Ahmad-Lilyana Natsir vs Xu Chen-Ma Jin. Karena sudah pernah bertemu dan saling mengalahkan, permainan berlangsung ketat. Set pertama dimenangkan Owi/Butet 21-18, lalu kalah 14-21 di set kedua, dan akhirnya berhasil menang 21-16 di set penentuan. Indonesia unggul 1-0.
Cina berhasil menyamakan kedudukan melalui Chen Long yang mengalahkan Tommy Sugiarto, 21-11, 21-15.
Partai ketiga berlangsung ketat. Meski peringkat Rian Agung Saputor/Angga Pratama di bawah Cai Yun Fu Hai Feng, namun mereka memberikan perlawanan yang sengit. Dengan agresifitas gempuran yang tak berkurang, Rian-Angga menang 19-21, 21-18, 21-15. Kedudukan menjadi 2-1 untuk Indonesia.
Namun, di partai selanjutnya Lindaweni Fanetri kalah atas Li Xue Rui 16-21, 13-21. Cina menyamakan kedudukan 2-2.
Di partai terakhir sekaligus penentuan, pasangan dadakan Liliyana Natsir/ Nitya Krishinda Maheswari harus meladeni ganda putri terbaik Cina, Yu Yang/ Wang Xiao Li. Dengan jatuh bangun, Butet-Nitya terpaksa mengakui kehebatan pasangan Cina itu, 12-21, 19-21. Cina pun melaju ke semifinal.
Meski kalah, namun ada rasa bangga. Berbeda dari penyisihan grup, dengan strategi, Indonesia bisa melayani Cina. Sektor ganda campuran dan putra yang memang menjadi andalan kita, berhasil menyumbangkan nilai.
Semangat pemain yang tak main-main ditambah kepengurusan organisasi bulutangkis kita yang baru sepertinya membawa angin segar bagi perbulutangkisan Indonesia. Menjanjikan sekali.
Dengan performa seperti ini, tak muluk kalau memasang target tahun depan buat Uber dan Thomas. Semoga!!!
Iya betul, Bangga walaupun akhirnya kalah. Kami yang menonton di kantor lanjut di rumah dan lanjut lagi di kantor, pun sangat antusias melihat perlawanan dari tim Merah Putih. Akhir tak masalah yang penting proses, semoga menjadi pembelajaran hingga kedepannya bisa lebih baik lagi. Hidup Bulutangkis Indonesia!
BalasHapusBener mbak, kalahnya terhormat kyk satria.
BalasHapusProses bukan hasil adalah hal yg sering dilupakan. (Contohnya di ujian nasional #eh, kok ke UN??)