Langsung ke konten utama

Piala Sudirman 2013: Bangga Meski Kalah!!

Mungkin hampir semua penggemar bulutangkis tahu kalau dari tanggal 19 kemarin ada ajang beregu bergengsi yang dipertandingkan, Piala Sudirman. Tahun ini dilangsungkan di negeri tetangga, Malaysia.

Berada di grup A, bersama juara bertahan Cina dan India  membuat peluang Indonesia untuk lolos terbilang lumayan besar. Mengingat India yang hanya unggul di beberapa sektor, yakni tunggal putri dan putra (beberapa pemain mereka sempat menjadi juara atau selalu menyulitkan tunggal-tunggal terbaik dunia). Sedangkan di nomor ganda, pasangan-pasangan kita lebih bagus secara prestasi dan peringkat.  Kita masih bisa merebut poin dari India, dan setidaknya melaju ke putaran selanjutnya sebagai runner up grup di bawah Cina (yang hampir bisa dipastikan sebagai juara grup).

Yang semuanya memang terbukti, Indonesia lolos ke babak perempat final setelah menang lawan India dan kalah melawan Cina (India tersingkir karena tak pernah menang). 

Di babak perempat final, berbeda dari pelaksanaan sebelumnya, penentuan "siapa bertemu siapa" dilakukan dengan undian (ini lebih karena faktor skandal Olimpiade London sebelumnya). Sayangnya, hasilnya mempertemukan Indonesia dengan Cina kembali (yang sangat tidak menguntungkan @_@ ).

Maka bertemulah keduanya pada siang tadi.

Partai pertama yaitu ganda campuran mempertemukan dua ganda terbaik dunia, Tontowi Ahmad-Lilyana Natsir vs Xu Chen-Ma Jin. Karena sudah pernah bertemu dan saling mengalahkan, permainan berlangsung ketat. Set pertama dimenangkan Owi/Butet 21-18, lalu kalah 14-21 di set kedua, dan akhirnya berhasil menang 21-16 di set penentuan. Indonesia unggul 1-0.

Cina berhasil menyamakan kedudukan melalui Chen Long yang mengalahkan Tommy Sugiarto, 21-11, 21-15.

Partai ketiga berlangsung ketat. Meski peringkat Rian Agung Saputor/Angga Pratama di bawah Cai Yun Fu Hai Feng, namun mereka memberikan perlawanan yang sengit.  Dengan agresifitas gempuran yang tak berkurang, Rian-Angga menang 19-21, 21-18, 21-15. Kedudukan menjadi 2-1 untuk Indonesia.

Namun, di partai selanjutnya Lindaweni Fanetri kalah atas Li Xue Rui 16-21, 13-21. Cina menyamakan kedudukan 2-2.

Di partai terakhir sekaligus penentuan, pasangan dadakan Liliyana Natsir/ Nitya Krishinda Maheswari harus meladeni ganda putri terbaik Cina, Yu Yang/ Wang Xiao Li. Dengan jatuh bangun, Butet-Nitya terpaksa mengakui kehebatan pasangan Cina itu, 12-21, 19-21.  Cina pun melaju ke semifinal.

Meski kalah, namun ada rasa bangga. Berbeda dari penyisihan grup, dengan strategi, Indonesia bisa melayani Cina. Sektor ganda campuran dan putra yang memang menjadi andalan kita, berhasil menyumbangkan nilai.

Semangat pemain yang tak main-main ditambah kepengurusan organisasi bulutangkis kita yang baru sepertinya membawa angin segar bagi perbulutangkisan Indonesia. Menjanjikan sekali.

Dengan performa seperti ini, tak muluk kalau memasang target tahun depan buat Uber dan Thomas. Semoga!!!

Komentar

  1. Iya betul, Bangga walaupun akhirnya kalah. Kami yang menonton di kantor lanjut di rumah dan lanjut lagi di kantor, pun sangat antusias melihat perlawanan dari tim Merah Putih. Akhir tak masalah yang penting proses, semoga menjadi pembelajaran hingga kedepannya bisa lebih baik lagi. Hidup Bulutangkis Indonesia!

    BalasHapus
  2. Bener mbak, kalahnya terhormat kyk satria.
    Proses bukan hasil adalah hal yg sering dilupakan. (Contohnya di ujian nasional #eh, kok ke UN??)

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda atas isi blog saya ini. Kritik, saran yang membangun sangat diharapkan, namun harap sopan.

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.