Langsung ke konten utama

Thanks to You

25 November sudah lewat memang, tapi tidak pernah terlambat untuk bilang

"terima kasih guru-guruku, jasamu banyak sekali untukku.."

Terima kasih untuk guru di SDku. Bu Wa Ode Randafo, guru kelas Enam. Banyak memori terukir denganmu.
Terima kasih untuk Pak Sofyan, guru Bahasa Inggris serta Wali Kelasku di SMP. Terima Kasih telah mengenalkanku dengan English Language.Terima kasih untuk Guru Matematikaku di SMP, yang telah menjadi fansku (halah..)Terima kasih untuk Pak Sukarman, yang telah memberikan "shock therapy" di awal pelajaran matematika, saat baru masuk SMA.Terima kasih pada tiga Ibu Guru Fisikaku yang cantik, yang membuatku jatuh cinta pada Fisika.Terima kasih pada Pak Suradin, yang membuat EBTANAS KIMIA terasa mudah.
Pada Pak Salim, yang membuatku semakin "tergila-gila" dengan Fisika.
Terima kasih pada guru-guru lain, seIndonesia.
Semoga kami, murid-muridmu akan mampu membanggakan kalian.

Komentar

  1. kayaknya ada yang lupa ma guru fisika
    SMAnya....
    btw bgm pendapatmu ttg pak madrai?

    BalasHapus
  2. ndak tau kak, ndak pernah diajar ma p madrai....

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda atas isi blog saya ini. Kritik, saran yang membangun sangat diharapkan, namun harap sopan.

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.