Langsung ke konten utama

Tak Dibuang Sayang, Arena MTQ

Jika ditanyakan lahan terbuka  publik yang representatif, kami sempat berpikiran untuk mengambil lokasi lain selain yang ini.  Namun, setelah melalui pertimbangan, kami pun sepakat dengan tempat ini, Arena MTQ (MTQ Square).
Kendari, kota yang melingkari sebuah teluk bernama sama, adalah kota kami.  Namanya mungkin tak sebesar kota Makassar,  tapi  Kendari punya landmark sekaligus ruang terbuka publik yang mengagumkan, Arena MTQ.

Penampakan kawasan Arena MTQ dari atas (citra google earth)


Tahun 2006, di kota Kendari diadakan sebuah even berskala nasional, Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ).  Ajang yang lumayan besar, karena membuat heboh satu kota dan provinsi.  Saking hebohnya, satu lahan yang luas disiapkan buatnya. Lahan yang sangat luas, terletak di tengah kota. Namun,, sayangnya pembebasan lahannya banyak memakan korban, seperti salah seorang teman saya. Rumahnya terpaksa kena gusur demi Arena MTQ.  MTQ berjalan meriah, dan meninggalkan banyak kisah, salah satunya tentang arena bekas berlangsungnya.  Pada mulanya, arena ini banyak menuai masalah dan kritik.  Sebab setelah MTQ lahan ini dibiarkan begitu saja, tanpa ada kejelasan.  Tanah yang sangat luas akan sangat sayang bila tak dimanfaatkan.

Arena ini terletak di pusat kota Kendari, berhadapan dengan kantor Walikota Kendari

Dulu di sini pernah ada Taman Ria, yang lahannya kira-kira seluas setengah lahan Arena MTQ, karena setengahnya lagi adalah rumah warga. Aneka wahana permainan ada di sana, walau tak begitu meriah, tapi untuk ukuran Kendari di masa itu tergolong lumayan.  Saudari Rasni saat kecil dulu akrab dengan Taman Ria, karena sering dibawa oleh sang ayah ke daerah kantor yang berada di seberang Taman Ria, walau belum sempat  masuk ke dalam.  Berpuluh-puluh tahun kemudian, dia bekerja di daerah sekitar Taman Ria juga, hanya saja telah berubah menjadi arena MTQ.

Lokasi arena MTQ memang cukup strategis, letaknya di tengah kota, kawasannya luas, agak rindang dan mudah dijangkau dengan kendaraan umum (baca: pete-pete).  Karena itulah, tidak heran jika segala kegiatan publik bisa dilakukan di sini.  Belum lama ini pun, tepatnya di pertengahan oktober, di sini d adakan even berskala nasional, Pameran Teknologi Tepat Guna XIII.

Pelataran Barat

Luas lahan yang sebanding dengan empat lapangan bola, terdiri atas beberapa bagian. Pelataran sebelah barat, lalu Tugu Persatuan, kolam, gedung MTQ, serta pelataran timur.  Pelataran barat sering difungsikan sebagai alun-alun kota, berbagai kegiatan sering diadakan di sini, tempat yang saat MTQ berfungsi sebagai pelataran parkir.  Pameran pembangunan, tempat promo produk terbaru dari perusahaan, sosialisasi pertai, atau konser musik, dan juga tempat untuk start/finish Jalan Sehat yang  biasa dilakukan saat  peringatan ulang tahun kota atau provinsi.  Tak ketinggalan digunakan juga untuk  kegiatan keagamaan baik lokal maupun tingkat nasional. Paling sering adalah shalat Idul Fitri  dan Idul Adha bagi kaum muslimin se-kota Kendari.

Kegiatan salah satu ormas yang memanfaatkan gedung dan pelataran timur MTQ, Juni 2011

Sedang di pelataran timur, dimanfaatkan sebagai lokasi  belajar mengemudi atau pengujian pengambilan SIM oleh pihak Kepolisian.  Di beberapa sisi  juga dimanfaatkan oleh beberapa komunitas sebagai tempat latihan bela diri, latihan skateboard, atau kumpul-kumpul klub bermotor.  Sesekali kumpulan sepeda mangkal di sana, atau Klub Jantung Sehat yang mengadakan senam di minggu ketiga setiap bulan.

Tugu Persatuan, menjulang di langit biru Kendari

Salah satu bagian yang paling penting dari arena ini adalah Tugu Persatuan, dengan tinggi sekitar 99 meter, membuatnya terlihat paling menonjol bahkan untuk hitungan satu kota Kendari.  Makna dari tugu ini sendiri diartikan nantinya sebagi tempat yang bisa menyatukan segala kegiatan dari berbagai daerah baik kota, kabupaten maupun provinsi. Sayangnya, tugu ini belum sepenuhnya rampung. Meski begitu, tetap tidak membatasi minat dan ruang gerak pengadaan kegiatan.

Beberapa pedagang makanan di sekitar arena MTQ

Beragamnya kegiatan yang bisa dilakukan di tempat ini memang merupakan keuntungan besar bagi warga Kendari. Sudah lama kota ini tak mempunya ruang terbuka yang mudah diakses dan sangat cocok untuk aneka kegiatan.  THR yang pernah digadang-gadang menjadi lokasi pameran ternyata tak memikat warga. Begitu pula Lapangan Benu-Benua yang terletak di kawasan kota lama, sudah tidak memadai lagi. Stadion lakidende,  kondisinya sudah memprihatinkan karena kurang terawat.  Kota ini membutuhkan tempat yang lebih pantas dan nyaman, dan akhirnya hadirlah arena MTQ di tahun 2006, lahan peninggalan pelaksanaan MTQ Nasional.   


Satu visi kami buat ruang ini, perlu adanya penambahan pohon di sini. Kota Kendari masih kekurangan Ruang Terbuka Hijau, tidak salah kalau beberapa bagian Arena MTQ bisa diubah menjadi taman kota, mengingat masih banyak lahan yang kosong.   Serta, harapan agar Arena MTQ ini  bisa terus dirawat agar bisa menjadi kawasan yang dibanggakan oleh semua warga Kota Kendari.
----------------------------------------------------------------------------------------------------

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti kompetisi blog 3 on 3 yang diselenggarakan OnOff ID tahun 2011.
Nama Tim : Blogger Kendari
Anggota:
1. Wd St Mudhalifana ---- http://mudhalifanaharuddin.blogspot.com
2. Artyn Souhara ---- http://srikandimuna.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.