Langsung ke konten utama

New Year's Guests

Awal tahun Januari 2009, subid kami kedatangan tamu "istimewa", gempa besar melanda Manokwari, Papua Barat, 4 Januari 2009 (WIB). Karena minggu sebelumnya ada cuti bersama, maka data-data gempa 3 Januari tersebut menumpuk. Gempa yang begitu besar menghasilkan data yang amat sangat banyak, tak seperti yang ada biasa kami hadapi.
3 Januari malam, tepatnya jam 02.43 dinihari, gempa 7.9 SR mengguncang Manokwari. Dua jam kemudian, atau jam 05.33, sebuah gempa terjadi lagi, kali ini dengan kekuatan 7.6 SR. Gempa yang terjadi belakangan, belum bisa dipastikan sebagai susulan (aftershock). Beberapa ahli menyatakan gempa ini adalah gempa duplet.
Gempa duplet atau gempa kembar pernah terjadi pada tahun 2007, di Sumatera Barat, Maret dan September di Bengkulu. Serta tahun 2004 di Papua, dekat dengan lokasi gempa ini. Gempa duplet terjadi jika dua gempa (besar) terjadi di tempat dan dalam waktu yang berdekatan.
BMKG mencatat gempa pertama terjadi pada 138 Km Barat Laut Manokwari, dan gempa kedua pada 76 Km Barat Daya kota yang sama. Dari dugaan sementara, gempa dipicu aktivitas sesar geser Sorong (sorong strike-slip fault). Sesar ini adalah produk pertemuan dua lempeng besar, Lempeng Benua Australia yang bergerak ke utara dan Lempeng Samudera Pasifik ke arah barat.
Dua gempa besar ini ternyata memicu tsunami, walaupun dengan tinggi gelombang yang kecil, yakni 0.8 m di Manokwari, 0.35 m di Biak dan 0.2 m di Jayapura. Sedangkan di selatan Jepang tercatat 0.15 m. Sampai sekarang masih diselidiki apa yang menyebabkan tsunami tersebut, apakah karena dislokasi patahan atau terjadi longsoran bawah laut akibat gempa.
Selain ada sesar sorong, terdapat juga jalur subduksi di sebelah utara. Zona inilah yang juga menjadi pertimbangan para ahli mengenai "misteri" tsunami tersebut.
Sampai postingan ini terbit, masih tercatat dan dirasakan gempa-gempa susulan, diantaranya ada yang mencapai di atas 5 SR. Kerusakan yang terjadi juga parah, ribuan bangunan rusak, baik di Sorong maupun Manokwari, dua kota yang dekat dengan sumber gempa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.