Langsung ke konten utama

Duku apa Langsat??

"Ini duku, pia, kalo yang asam itu langsat!" tegas temanku. "Tapi, kalau di kampung itu namanya langsat. Buah yang lazim di sana." aku bersikeras. Yah, kalau di kampungku buah coklat kecil yang rasanya manis dan asam itu disebut langsat, kalau duku saya tak tahu, tak pernah makan satu sebutirpun.
Tapi, setelah "mengobrak-abrik" mbah google dan wikipedia, kini saya tahu kalau duku dan langsat itu adalah buah yang sama, hehe, :)
Umumnya buah ini terbagi atas 2 varietas, berdasarkan pembagian para ahli, duku dan langsat. Perbedaannya terlihat dari pohon, kalau pohon duku bertajuk besar dan berdaun hijau cerah, sedangkan langsat lebih kurus dan berdaun hijau tua. Sedang dari segi buah, duku berkulit tebal dan tidak bergetah, dan langsat berkulit tipis dan bergetah. Namun, keduanya tetaplah duku aka Lansium domesticum.
Dari berbagai daerah di Indonesia, penyebutan buah ini sebagian besar adalah langsat. Hanya di daerah Jawa dan sebagian Sumatera saja yang mengenalnya sebagai duku. Baik untuk varietas yang duku maupun langsat, karena memang sepintas tak ada bedanya. Sedangkan di luar negeri, buah ini dikenal sebagai langseh (Malaysia), lanzones (Filipina), lansad (Thailand).
Jadi, duku apa langsat? sama aja, :)


Komentar

  1. Ooooooooooooooo jd gitu ya Pia :) Penamaan buah tersebut tergantung daerah masing2 :) Berati kamu benar Pia tapi aku juga ga salah dong! he..he...he.. Piss

    BalasHapus
  2. Kalo di kalimantan mah sama atuh itu dua buah, langsat ama duku.. sama2 enakk...

    BalasHapus
  3. intinya sama apa beda sih????
    kalo beda kok nama familinya sama????
    lansium domesticum....
    kalo sama kok pohonnya beda???
    bisa lebih detail gak????

    BalasHapus
  4. di sini juga kalo nyebut yg asem langsat/langsep, haha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha...jadi kalo bilang sayur asem, sayur langsat dong^^

      Hapus

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda atas isi blog saya ini. Kritik, saran yang membangun sangat diharapkan, namun harap sopan.

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.