Langsung ke konten utama

Tentang Gempa.

Gempa, apa yang tersirat di benak kamu mendengar kata itu? Goncangan, getaran, kerusakan, panik, tsunami, kematian, ketakutan, dan macam-macam bayangan menakutkan lainnya. Sebenarnya, gempa adalah fenomena alam yang "biasa". Kenapa biasa, karena bisa terjadi di setiap detik umur bumi ini. Hanya saja, magnitudonya kecil, sehingga hampir tidak terasa.
Menurut sumber penggerak gempa, ada 3 jenis gempa, yakni tektonik, vulkanik dan runtuhan. Gempa tektonik terjadi karena pergeseran lempeng tektonik (global) atau hanya gerakan sesar-sesar lokal. Sedangkan, gempa vulkanik dipicu oleh aktivitas gunung berapi. Adapun gempa runtuhan, adalah getaran bumi akibat terjadinya longsor atau runtuhan tanah.
Dan, yang terjadi secara umum di berbagai tempat biasanya tergolong gempa tektonik. Indonesia sendiri (negara kita tercinta) adalah lokasi langganan gempa, akibat pertemuan 3 lempeng global-eurasia, indo australia dan lempang pasifik plus lempeng kecil filipina. Selain itu juga, 60% wilayah kita dipenuhi oleh sesar-sesar lokal. Lempeng-lempeng tektonik saling bergerak, baik mendekat atau menjauh, atau bergeser secara mendatar pada perbatasan lempengnya. Di dunia sendiri, ada 12 lempeng tektonik besar. Setiap antara lempeng bergeser, maka akan terjadi pelepasan energi. Nah, saat batuan sudah tidak mampu lagi menampung energi-energi tersebut, maka disalurkan lewat ..gempa bumi salah satunya, dan deformasi batuan. Sedangkan sesar-sesar lokal adalah "produk" dari pergeseran lempeng besar. Perandaiannya, kalau lempeng global itu induknya, sesar lokal itu anaknya. Sesar (fault) atau patahan bisa berada di darat atau di laut. Jika berada di laut, sesar ini berpotensi tsunami jika gerakannya saat gempa adalah turun atau naik. Jika gerakannya hanya mendatar, kemungkinan tidak terjadi tsunami.
Parameter-parameter gempa atau ukuran-ukuran dalam gempa ada beberapa item. Di antaranya, waktu terjadi (origin time), durasi (lama terjadi gempa), magnitudo atau besarnya energi gempa (dalam skala Richter), intensitas (ukuran keparahan atau dampak gempa), fokus atau kedalaman, serta posisi tegak lurus fokus ke permuakaan bumi (episenter). Berbagai parameter ini serta kondisi geologis setempat, dan banyak faktor X lainnya merupakan kombinasi yang bisa menjadi penentu parah atau tidaknya dampak sebuah gempa di daerah tersebut. Kenapa sebuah gempa yang berkekuatan sama di dua tempat berbeda, bisa berdampak tak sama, ini akibat kombinasi kesemua faktor tersebut. Kombinasi fatal adalah gempa dengan fokus dangkal, di laut, kekuatannya besar, bangunan sekitar tidak tahan gempa, aktivitas penduduk dekat dengan sumber gempa, durasi yang lama, jenis batuan yang rapuh. Gempa di laut apalagi sesar bergerak turun (sesar normal) atau naik (sesar balik) bisa berpotensi tsunami. Tsunami sendiri adalah gelombang raksasa laut akibat adanya runtuhan tahah di dasar laut.
Berikut adalah ilustrasi dari tsunami akibat sesar normal.


Tsunami, selain akibat gempa bumi, bisa juga akibat aktivitas gunung berapi, runtuhan dasar laut biasa atau jatuhnya meteor ke laut. Perubahan kesetimbangan air laut yang terjadi tiba-tiba memicu terjadinya gelombang panjang di laut. Tinggi gelombang ini di laut hanya beberapa cm, tapi saat tiba di darat bisa mencapai ratusan cm, karena terjadi penumpukkan massa air laut akibat perubahan kedalaman. Sifatnya tidak sama dengan gelombang laut biasa, karena menggerus apa saja yang dilaluinya dan sangat merusak. Kita telah melihat kedahsyatan gelombang ini pada 26 Desember 2004, Aceh dan saat gempa Pangandaran 2006.

Mengenai kegempaan di Indonesia, hampir semua provinsi pernah merasakan gempa. Hanya, daerah yang aktif sekarang adalah daerah Sumatra, Semenanjung Sulawesi dan Maluku. Daerah yang hampir tidak merasakan gempa adalah sebagian besar Kalimantan (kecuali Kalimantan Timur).
Namun, dibalik makna bencana yang dikandungnya, gempa ternyata memiliki misi lain. Allah telah mengatur agar di dunia ini ada keseimbangan. Nah, gempa ada dalam mekanisme itu. Gempa dan akibatnya telah membentuk berbagai kenampakan geografi baru, menyingkap kekayaan alam dalam bumi yang tidak diketahui sebelumnya dan meyadarkan manusia akan kekuatan sang-Mutlak di dunia ini, Allah, Tuhan semesta alam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.