Langsung ke konten utama

PLN Bersih untuk Indonesia, untuk Kita Juga

Melihat postingan tentang lomba blog PLN dan plang "PLN Bersih, No Suap" membuat saya berkerut dahi, "Emang bisa??" tanya saya dalam hati. Cap bersih dan apapun yang senada dengan itu, di negeri dan jaman sekarang ini adalah hal yang teramat sulit. Sungguh.
Lihat saja di televisi, koran dan berita online, fakta atau opini yang ada adalah korupsi, penyalahgunaan wewenang dimana-mana. Suap, apalagi, adalah hal yang dianggap wajar di masyarakat kita. Tak menyuap seperti tak gaul :( (hedeeeuuuh).


Tapi, tak ada yang tak mungkin jika mau bersungguh-sungguh. PLN Bersih bukanlah tagline semata. Terlihat dari perubahan-perubahan drastis yang dilakukan mereka, bahkan seluruh jajaran-mulai dari yang di atas hingga terbawah. Salut.

Berbagai perubahan yang dijalankan, bisa diakses dari situs plnbersih.com, diantaranya: perubahan sistem pelayanan dan pengaduan, pengaturan gratifikasi, perubahan pengadaan barang dan jasa, dsb. Hal-hal dasar yang bisa memicu korupsi dan penyelewengan dipangkas sedini mungkin. That's great.

Soal pelayanan, utamanya pembayaran. Saya sudah melakukannya sendiri. Pembayaran listrik yang dulunya lewat loket-loket kini bisa lebih mudah melalui ATM. Juga pembayaran lainnya, bisa dengan cepat dan gampang via ATM saja. Selain praktis, biaya-biaya tambahan yang tak perlu juga diminimalisir.

Sekitar setahun yang lalu, saya memanggil petugas PLN ke rumah. Listrik yang tak kunjung menyala sementara tetangga baik-baik saja membuat kami terpaksa mesti menelepon petugas PLN.
Ada yang berbeda kala itu. Petugas yang bekerja melakukan tugasnya dengan cermat, cepat, dan tanpa banyak cingcong. Dan yang lebih bagusnya lagi, tanpa minta uang rokok!!! Kagum jadinya. Sudah ditelepon tak pakai banyak alasan, langsung datang begitu mendengar keluhan kita. Mereka bekerja langsung dan tepat sasaran, dan tanpa biaya ekstra. Memuaskan.

Sistem ini rupanya telah dijalankan di PLN semenjak tahun 2010, dengan empat pilar program, yakni : partisipasi pegawai dan seluruh stakeholder, integritas, transparansi dan akuntabilitas.  Pilar kedua hingga keempat saya pandang sebagai hal-hal yang hanya bisa dilakukan dari dalam PLN sendiri. Dimana peran kita sebagai masyarakat (dan sebagai blogger)? Ada di pilar satu, partisipasi. Semua pilar yang lain tak akan terwujud tanpa adanya partisipasi dari pegawai PLN dan juga kita, masyarakat di luar PLN yang ikut menyukseskan sistem yang sementara di bangun di dalam PLN. Bagaimana wujud partisipasinya? Terutama seperti saya yang adalah seorang blogger?

Yang pasti pertama, jangan pernah pesimis apalagi sinis dengan program ini. Yakin. Meski sulit (dan saya rasa semua juga setuju), tapi tak ada yang tak mungkin jika kita yakin dan percaya serta bersungguh-sungguh. 

Kedua dan juga mudah untuk dilakukan, laporkan jika ada penyimpangan seperti petugas yang meminta uang rokok atau uang lelah. Kini saluran pengaduan atau pelaporan PLN dibuka seluas-luasnya dan pasti ditanggapi, via contact center 123 atau SMS Peduli 081281022000. Media sosial PLN juga telah ada, Facebook dan twitter (@pln_123), masyarakat dengan mudah dan cepat bisa berinteraksi dan mengadu ke sana.

Lalu bagaimana jika kita tahu ada orang dalam PLN yang melakukan korupsi? Ternyata ada mekanisme whistleblowing di PLN. Pelapor akan dilindungi bukannya di-bully. Namun, harus didukung dengan data dan fakta yang kuat, jangan hanya berdasarkan prasangka dan isu yang tak bisa dipertanggung jawabkan.

Mendukung PLN Bersih bisa juga dengan tak berusaha memberikan uang jasa agar kepentingan kita cepat dipenuhi, misalnya dalam memasang sambungan listrik baru atau menambah daya. Cara-cara seperti ini selain ketinggalan zaman (sebab sudah ada mekanismenya yang pasti dan cepat), juga hanya akan merugikan kita sendiri.

PLN yang bersih hasil akhirnya nanti bukan hanya dinikmati oleh mereka yang bekerja di PLN saja, namun pasti oleh seluruh masyarakat Indonesia. Bukan tak mungkin, dari satu BUMN ini, tren bersih akan "menyebar" dan "laku" ke tempat dan lembaga yang lain, aamiin.

Komentar

  1. Tulisannya bagus gan, PLN Bersih perangi korupsi...

    BalasHapus
  2. Bagus tulisane gan. Untuk Indo yang lebih baik harus kita dukung.
    Mampir tempatku juga donk. Dukung PLN Bersih

    BalasHapus
  3. nice post ..... para blogger merapat perangi korupsi

    BalasHapus
  4. Peningkatan pelayanan dengan melaporkan petugas PLN yang minta duit sich bagus, tapi PLN jangan ngomong kepada pelanggan aja, tapi sebaliknya beri briefing kepada semua petugas PLN Lapangan bahwa mereka diharuskan untuk memberi pelayanan yang baik kpd pelanggan , dilarang minta duit kepada pelanggan serta sanksi yang akan diberikan bila ternyata tetap meminta duit dari pelanggan . TKS.

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda atas isi blog saya ini. Kritik, saran yang membangun sangat diharapkan, namun harap sopan.

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.