Langsung ke konten utama

Yang Paling Kubanggakan, Kendari.

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog  bersama Anging Mammiri, minggu kedua.



"Darimana?"
"Kendari."
"Ohhh, Kendari. Dimana itu? Kalimantan  ya?"
(Argggghhhhh, ini orang tak pernah belajar IPS ya dulu di SD.)
"Bukan, itu di Sulawesi, Sulawesi Tenggara."
"Ohhh, Sulteng."
(Lagi-lagi......@_@)
"Sultra, bukan Sulteng. Sulteng itu Sulawesi Tengah."


Kejadian yang beberapa kali menimpa saya. Membuat saya menjadi sedih. Sebegitu tak terkenalnya-kah Kendari??
Bagi yang di Makassar atau di belahan Sulawesi yang lain mungkin pasti tahu dengan Kendari (keterlaluan mah kalau tidak, hehe). Tapi, untuk warga di sebaran Indonesia yang lain ternyata banyak yang awam dengan Kendari.
Kendari (dari mata saya) adalah kota yang tak terlalu kecil, tak besar, singkatnya sedang-sedang saja. Di manakah letaknya? Pastinya di pulau Sulawesi (kan di Sulawesi Tenggara), hehe.

Tahu pulau Sulawesi kan? Pulau itu punya dua kaki, selatan dan tenggara. Nah, kalau sebelah selatannya adalah Sulawesi Selatan, maka yang sebelah tenggara itulah provinsi Sulawesi Tenggara yang punya ibukota : Kendari. Sudah tahu kan??
Masih belum juga?? (Geleng-geleng kepala)
Oke, mari kita buka peta.


Peta Sulawesi (sumber dari sini

Di kaki tenggara pulau Sulawesi itulah Sulawesi Tenggara (so that's why it called South-East Sulawesi, coz located in South East Sulawesi!), dan Kendari terletak hampir di pusat provinsi.

Terkenal?? 

Apa yang terkenal dari kota ini? Hmm, apa ya? Pertanyaan ini menjadi renungan dalam buat saya. Apa sebenarnya yang buat Kendari terkenal? Makanan, budaya, lokasi wisata tertentu? 

Setiap saya ditanya kawan atau keluarga, oleh-oleh apa yang ingin dibawa dari Kendari, maka biasanya saya selalu memilih satu, kacang mete (bahasa lokal: kacang mente). Meski harganya yang semakin mahal (mendekati harga di ibukota) dan semakin langka didapatkan (bahkan diimpor dari luar Sultra), namun mete Kendari tetap disukai mereka yang mengidamkan suvenir dari Kendari. (Eniwei, kacang mete juga mengingatkan masa kecil. Dulu, banyak kawan dan sepupu yang suka mengumpulkan buah jambu monyet dan mengambil kacang mete-nya. "Pekerjaan" yang memiliki banyak resiko, karena getahnya yang sangat gatal dan proses lama hingga kacang siap dimakan.)

kacang mete/ mente (sumber dari sini)

Selain mete, ada bahan makanan yang terkenal dari Kendari. Beberapa tahun yang lalu, saat masih kuliah di Makassar, saya selalu membeli lombok (cabe kecil) dan terasi sebagai oleh-oleh. Nenek tempat saya tinggal sangat senang dengan lombok dan terasi Kendari, lebih enak katanya. Rasanya yang gurih (untuk terasi) dan lebih "terasi", serta lebih pedas (untuk lombok) membuatku tak pernah lupa untuk membelinya setiap kali pulang kampung kala itu.

Buku, Blog dan Pete-Pete

Kendari bagi saya seperti sumber inspirasi. 

Buku pertama saya mengangkat kisah pulang kampung dan Kendari sebagai tujuannya.  Buku keenam dan ketujuh-pun tentang Kendari. Yang keenam, bersama beberapa penulis dari Kendari, mencoba berbagi cerita unik. Buku yang akan kembali kami cetak pertengahan tahun, insya Allah (doakan yaaaa!!).

Sedikit Tentangku dan Kendari (2012)

Inspirasi yang tak akan pernah habis, bahkan dalam hampir banyak postingan di beberapa blog saya (blog ini, WP dan Multiply) adalah tentang  Kendari. Tentang orang-orangnya, musimnya, kejadian hebohnya, politiknya, dan tentang pete-pete.
 
Untuk hal yang terakhir, adalah favorit saya dari Kendari. Pete-pete atau angkot adalah kawan akrab saya dalam dua tahun terakhir. Meski istilah dan budaya pete-pete di-impor dari Makassar, namun pete-pete Kendari sudah menemukan identitasnya sendiri. Naik kendaraan umum yang satu ini terkadang bisa membuatmu seperti naik kendaraan pribadi (cat: kalau lagi kosong).


di dalam pete-pete 


pete-pete di jalanan Kendari

Sepertinya cerita saya tentang kota kebanggaan saya, Kendari, dicukupkan saja dulu. Buat yang masih penasaran, silakan datang sendiri kesini. 

Komorang* datang na di Kendari!!! 



------------------------
*komorang = Singkatan dari kamu orang (iya, orang, hehe). Kata ganti untuk orang kedua jamak (kalian).








Komentar

  1. saya bisa belajar dari cerita ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh, Igo. Terima kasih sudah baca. Adakah blogmu?

      Hapus
  2. Hihi.. Jadi ingat, saya waktu kecil sepulag sekolah sering cari Jambu Mente (di kebun tentangga) xP

    Nama pete-pete unik ya.. baru tau ^^
    Kalau di tempat saya, pete (Petai) itu sejenis sayuran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kena getahnya juga ga? Qeqe.
      Pete-pete emang unik. Beda ya ama pete yg itu (cara nyebutnya jg beda loh).

      Hapus
  3. Mau dong Kacang mentenya...
    katanya Kendari itu kayak kampung Bugis, saking banyaknya orang Bugis di sana...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mente? Waduh, saya gak jualan tu, hehe.
      Bugis banyak dan sudah membaur. Budaya dari Bugis dan Makassar banyak yg diadaptasi, kayak bahasa, kuliner, dll.

      Hapus
  4. Pingin ke Kendari karena kata teman saya yang pernah dinas di sana, pagi2 di sekitar rumahnya masih ada kabut. Wiii. Trus, tidak semacet, sesemrawut, dan sepanas Makassar.

    Di sana di sebut2 pete2 juga ya? Baru tahu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo tdk macet, tdk panas, tdk semrawut, mgkin iya. Tapi, kalau kabut, jarang2mi, hehe.
      Pete2, iye, di sini jg. Kayaknya dulu pete2 bekas dr Makassar di kirim ke Kendari, sbg pionir/pelopor angkutan umum di sini.

      Hapus
  5. sy juga pernah di jogja, sa bilang sy dari kendari mreka cuman owwww kediri yah waaaaaa dari logat saja beda :P

    salam kenal yah, blog walking

    BalasHapus
    Balasan
    1. JNE saja pernah da sangka Kendari itu Kediri, pa', qeqe. Paketku pernah di"singgahkan" dulu di Kediri.
      Oke, salam kenal.

      Hapus

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda atas isi blog saya ini. Kritik, saran yang membangun sangat diharapkan, namun harap sopan.

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.