Langsung ke konten utama

Mereka dan Buku "Sedikit Tentangku dan Kendari"





Judul: Sedikit Tentangku dan Kendari
Penyusun: Mudhalifana Haruddin & Ayu Aga
Desain Cover: Ferdhy Muhammad
Harga: 45.000 (diluar ongkir)
Tebal: x + 166 halaman diterbitkan melalui nulisbuku

Kontributor:
Mudhalifana Haruddin, Chaerul Sabara, Atyra Sansa, Ely Widyawati, Desi Dian Yustisia, Hana Yusida Syarif, Tatik Bahar, Bramastyo Dhieka, Itsuki Nurmani, Raya Adawiyah, Ummu Shavana, Ephy Aslinda, Andie Dodiet Fauzzie, Januar Lestari, Ramadhan Tosepu, Syabriyah Akib, Nurusyainie, Ayu Aga

Penulis Tamu:
Arham Kendari

Sinopsis

Buku tentang Kendari? Jarang ada, apalagi yang genrenya pop. Buku ini menjawab kebutuhan ini. Berisi 26 cerita yang semuanya adalah kisan nyata tentang Kendari. Mulai dari kuliner, pasar tradisional, pete-pete, hingga kisah dunia lain.  Kedekatan emosi pribadi dari tiap orang yang menceritakan pengalaman nyatanya di buku ini membuat pembaca akan bisa melihat, merasakan, membayangkan dan bahkan ingin datang ke kota kecil ini, Kendari.



Endorsement

“Melihat Kendari dari 26 jendela. Buku ini menyeduh kisah dan menghadirkan ke indera rasa kita sebuah romantisme, keunikan, kelucuan:  sebuah kesederhanaan yang asik dan komplit. Langgam kisah dan rasa bahasa menyatu, menjadi sebuah buku yang berhasil bercerita tentang Kendari dari beragam perspektif.”

 (Ilham Q. Moehiddin, cerpenis, essais, novelis. Peraih The Best Four Lomba Novel Republika 2011. Pendiri The Indonesian Freedom Writers)

“Sebagai orang yang belum pernah menginjakkan kaki di tanah Sulawesi, adanya 26 cerita dalam buku ini, membantu saya mengenal Kendari lebih dekat. Saya jadi tahu cerita tentang makanan khas Kendari seperti Sinonggi, mengenal Kendari Teater yang mati suri, juga tarian Lulo atau Molulo yang masuk MURI karena ditarikan secara massal oleh 3000 orang, hingga yang khas dari Kendari, seperti pete-pete maupun bahasa daerahnya.

Mudhalifana dan Ayu sebagai penyusun buku ini memiliki cita-cita yang indah, memperkenalkan kota Kendari dari beragam kacamata para penulis sekaligus pencinta Kendari. Tak berlebihan jika saya katakan, buku ini wajib dimiliki, karena membacanya membuat kita ikut jatuh hati dengan Kendari.”
(Dian Onasis, Penyusun Buku Dan Akupun Berjilbab serta Penulis Buku Anak Serial First Novel Odie dan Rahasia Ransel Ajaib serta Odie dan Pencuri dari Negeri Layn)

---------------------------

Alhamdulillah, bulan lalu akhirnya buku ini sampai juga di tangan setelah mengarungi perjalanan panjang, Jakarta-Surabaya-Makassar-Bone-Kolaka-Kendari (hahaha). Karena paket POS yang saya pilih ternyata paket BIASA, saudara-saudara, maka waktu pengiriman molor menjadi 2 minggu lebih.

Cetakan pertama, 40 eks perlahan-lahan berkurang karena pembelian langsung. Teman, saudara, dan rekan kerja (saya dan Ayu), kami todong untuk membeli buku ini (walau beberapa baru akan membayar setelah gajian, hehe). Sehingga dalam waktu dekat, buku ini akan dicetak lagi. Jadi, kalau ada yang mau memesan lewat saya, harganya jadi 50 ribu ya, tapi tibanya lama, sebab memakai paket POS biasa. Kalau mau cepat, bisa memesan ke nulisbuku langsung (atau email ke admin@nulisbuku.com, sertakan nama, alamat, dan no.HP, serta jumlah buku), harga 45 ribu di luar ongkir.

Dan, sekali lagi, semua royalti dari buku ini akan disumbangkan ke yayasan/organisasi sosial (belum ditentukan).

Jadi, kamu yang mau tahu tentang Kendari, buruan pesan buku ini...aayuuuuk^^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.