Langsung ke konten utama

Ponpin buat Cewek? Perlu!


Dalam sebuah drama Korea (On Air, 2007), tampak adegan seorang aktris yang tengah diwawancarai oleh seorang wartawati. Aktris yang mula-mula hanya bintang iklan, lalu main dalam drama dan terkenal karena aktingnya yang diragukan (karena selalu dapat peran-peran yang mudah). Mula-mula si wartawati menyinggung tentang hobi si aktris.
"Apa yang Anda lakukan saat waktu senggang?"
"Di profilmu disebutkan bahwa Anda suka membaca buku."
"Oh, itu hanya kerjaan manajerku, dia ingin membuat image yang baik tentang saya," jawab sang aktris (yang memang terkenal sengah).
"Sejujurnya, saya tak suka membaca buku."
"Aaaaaahhh...." si wartawati tersenyum sinis.
"Mengapa tersenyum?"


"Sepertinya Anda banyak membaca," gantian sang aktris yang bertanya.
"Itu karena... ah, saya suka penulis luar, Paulo Vistana dan Emily Nothon. Saya suka gaya tulisan mereka," jelas si wartawati.
"Untuk tahu, sebaiknya Anda membaca karya mereka saja."
"Anda sudah membaca semua buku karya mereka?" tanya sang aktris.
"Hmmm... Beberapa," jawab si wartawati. Kedudukan mereka sekarang terbalik, si wartawan kini seperti diwawancarai oleh sang aktris.
Sang aktris kemudian menyebutkan beberapa judul buku milik para penulis yang dimaksud. Si wartawati terperangah, kaget.
"Terima kasih atas waktunya," sang aktris menutup sendiri sesi wawancaranya.


Manajer sang aktris juga ikutan kaget, tak menyangka kalau dia suka membaca karya-karya klasik, dari luar negeri pula.
"Aku tak membaca (buku-buku itu)," kata sang aktris.
"Aku mencarinya di teleponku. Dia (wartawati) itu menyebalkan."

Hmmm... saya tersenyum kecil melihat adegan ini. Kickback yang manis dari sang aktris, memanfaatkan telepon canggih.
***


Telepon genggam (ponsel) sekarang sudah bukan milik kaum berada saja. Tengok saja di jalan-jalan, hampir semua orang kini sudah memilikinya. Tak pandang bulu, bahkan (mungkin) kaum marjinal di jalanan juga punya.   
Saking meluasnya penggunaannya, maka ponsel atau telepon genggam sudah beralih menjadi kebutuhan primer di masyarakat. Bisa panjang urusannya kalau ponsel ketinggalan. Malah yang ada yang berprinsip kalau dompet boleh saja lupa tetapi ponsel harus tetap ada.

Kebutuhan primer ponsel juga semakin bergeser ke arah gaya hidup. Bukan hanya fitur menelepon dan berkirim pesan yang dicari, tapi juga kamera dan kemampuan internetnya. Ponsel yang cuma bisa telepon dan SMS sudah dianggap jadul-ketinggalan jaman.

Cewek dan ponsel juga semakin akrab. Kalau dulu, cewek jarang yang bisa "mengerti" ponsel karena aplikasinya yang rumit maka kini produsen ponsel yang mengkhususkan ponsel untuk cewek. Baik dari segi tampilan maupun aplikasi yang "ramah". Seperti ponsel keluaran Nokia yang terbukti memiliki aplikasi dan fitur yang mudah dan tak rumit bagi cewek.  Bahkan ibu saya yang sangat-sangat gaptek, memilih ponsel Nokia. Memang dibanding keluaran vendor lain, Nokia sangat mengutamakan kemudahan, terbukti.

Ponsel pun berevolusi. Ponsel pintar (smartphone) mulai bermunculan. Ponsel yang memiliki perangkat lunak (software) khusus dan aplikasi yang lebih mumpuni dibanding ponsel biasa (feature phone). Nah, ponsel pintar buat cewek itu perlu banget. Terlebih buat cewek yang aktif di masa serba cepat kayak sekarang. Saya kebetulan baru sebatas menggunakan ponsel biasa yang punya fitur internet dan kamera, belum punya ponpin (baca: ponsel pintar). Namun, melihat pengalaman teman-teman yang sudah menggunakannya dan banyak yang menuai dampak positif, mungkin dalam waktu dekat saya akan memakainya (sambil menunggu bonus atau hadiah dari lomba, hehe).

Apa keuntungan ponpin buat cewek yang sekarang serba aktif dan multitasking? Wah, kalau mau diuraikan banyak sekali. Contoh di awal postingan ini salah satunya. Ponpin buat kita berselancar di google (mesin pencari paling handal saat ini) lebih cepat. Tak ada istilah macet atau lelet karena keunggulan software yang dimiliki ponpin. Dalam hal media sosial juga lebih unggul, karena aplikasi yang lebih bagus.

Beberapa teman juga memanfaatkannya untuk dagang atau berjualan. Kamera yang canggih dan hasil jepretannya dapat langsung diunggah ke internet melalui ponpin semakin memudahkan urusan jual-menjual mereka.

Aplikasi perbankan di ponpin tak kalah pentingnya. Tak perlu antri di teller atau ATM buat transfer atau sekedar memeriksa saldo. Lebih menghemat waktu dan tenaga.

Cewek yang berkarir di kantor pasti butuh gadget yang bisa mengolah kata (word processing), nah ponpin punya fitur ini. Telepon biasa hanya bisa membuka dokumen tanpa bisa mengotak-atiknya. Fitur yang sangat membantu terutama kalau waktunya sudah sangat mendesak tapi tak punya PC atau laptop. 

Aplikasi yang khusus buat wanita di ponpin juga banyak. Bagi yang khawatir akan pelecehan seksual terutama di jalanan, mungkin yang satu ini bermanfaat. Atau aplikasi buat menghitung periode menstruasi bagi yang bermasalah dengan saat bulanannya. Yang sering direpotkan dengan jerawat dapat memakai program yang ini. Segala rupa, ragam dan bentuk aplikasi yang memang buat cewek hadir di ponpin.

Nah, manfaat ponpin udah di tangan, sekarang tinggal memilih dan memilah ponpin yang cocok dan pas buat kamu. Pake ponpin juga musti pintar-pintar, jangan sampai bangkrut gara-gara ponpin mahal dan biaya telpon yang membengkak. Mungkin dengan ini, cewek bisa tambah pintar. Paket bundling Indosat Mobile dan Nokia berisi Kartu Indosat Mobile dan handset Nokia kini hadir untuk para Wanita Indonesia dengan benefit GRATIS paket Hebat Keluarga Selama 30 Hari dan Layanan Info Wanita.

Makanya, buat cewek, ponpin itu perlu!
 ***

Tulisan ini diikutsertakan dalam Kontes Ponsel Pintar untuk Perempuan Indonesia yang diselenggarakan oleh EmakBlogger.

Gambar diambil dari video di mysoju.com

Komentar

  1. Terimakasih sudah ikut berpartisipasi di kontes menulis KEB. Sudah dibaca, good luck ya ^_^

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda atas isi blog saya ini. Kritik, saran yang membangun sangat diharapkan, namun harap sopan.

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.