Langsung ke konten utama

Kabar Baik dan Kabar Buruk

Beberapa hari yang lalu, saya dihadapkan pada dua kenyataan berbeda, kabar baik dan kabar buruk.
Kabar baiknya, buku pertama yang memuat tulisan saya akhirnya terbit. Kaget sebenarnya, sebab waktu pengumpulan naskah dan tanggal terbitnya berdekatan, kurang dari sepuluh hari.  Buku "MudikStory'  adalah kumpulan kisah-kisah para pemudik di hari Lebaran. Saya mendapatkan info proyek buku ini dari twitter, media sosial yang baru saya "tekuni". Infonya sudah lama berseliweran di timeline saya, tapi saya baru  tertarik setelah kepala proyek mengumumkan masih ada empat tempat tersisa dengan deadline dalam dua hari. Saya bersemangat, akhirnya  saya mengirimkan tulisan saya, dan alhamdulillah diterima.


My first book.

Kabar buruknya, ibunda teman saya meninggal. Teman yang sudah seperti saudara.  Ibunya memang telah lama mengidap kanker, dan akhirnya perjuangannya melawan penyakit itu mesti berakhir.
Saya tak berani menelponnya, mengingat besarnya kesedihan yang tengah dia alami. Hanya sms dan do'a buat ibunya. Be strong my friend!






Komentar

  1. Innalillahi wainna ilayhi roji'un... Moga diterima segala amal beliau, diampuni segala kesalahannya, dan diberikan ketabahan untuk seluruh yang ditinggalkan.. amiin.. hari ini sy juga dapat kabar serupa.. :(

    tentang bukunya, saya kebagian buku gratis + author's autograph-nya ga nih..? :D

    BalasHapus
  2. aamiin. Siapa ?

    buku gratis, hmm, gimana ya..
    soalnya pnulis sendiri gak dapat buku gratis...
    pesen aja yuan, sama aku. oke? hehe :)

    BalasHapus
  3. tanya ma QQ, ya.. I'm sure U knew her, too..

    tadi sy jalan2 ke gramedia, bukunya belum muncul,, ato jangan2 cuma dijual via online nih..? :D

    BalasHapus
  4. Ya, tau.
    Buku, cuman online. Tp, bs jga pesen ma saya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda atas isi blog saya ini. Kritik, saran yang membangun sangat diharapkan, namun harap sopan.

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.