Langsung ke konten utama

UN.

Seorang teman memberi berita dari kampung, tentang kelulusan siswa-siswa dari SMA kami yang dulu. Kabar baik, hanya dua orang yang tidak lulus. SMA itu memang sekolah yang cukup terkenal di kota asal saya. Dengan fasilitas yang cukup lengkap dan guru-guru berkualitas, lumayanlah kalau dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain di Indonesia ini, yang sebagian besar masih memprihatinkan.
Ujian Nasional, bagi saya itu adalah "kekerasan". Kekerasan yang dilakukan negara terhadap warga negaranya, bentuk lain dari anarki yang sering menghiasi wajah pendidikan kita, :(
Untuk menilai lulus atau tidaknya seorang siswa, sangat tidak adil kalau hanya didasarkan pada ujian yang cuma sebentar itu..!!
Selain faktor kelulusan, juga dampak psikologis pada siswa. Banyak siswa yang stres atau depresi akibat tak lulus UN, bahkan trauma mendengar kata UN. "Harga" mahal yang harus dibayar anak bangsa demi sebuah kebijakan.
Satu hal lagi, yang untuk saya ini adalah kemunduran. Kini, mencontek bukanlah hal yang tabu, bahkan sudah "dihalalkan". Demi banyaknya angka kelulusan, para guru "dipaksa" untuk melakukan segala cara, termasuk membocorkan dan memberi contekan,:(

Kalau dunia pendidikan kita terus begini, bagaimana nasib bangsa ini ke depan?


ps: satu sekolah di Kendari harus mengulang Ujian Nasional, hanya karena kesalahan sistem, 32 lainnya di seluruh Indonesia. Kenapa siswa yang menanggung kesalahan itu?

Komentar

  1. UN adalah salah satu cara bg sekolah untuk unjuk gigi.

    Tul, Pi! Biar ga dicap sekolah ga mutu, ya..byk cara, slh satunya dg bocorin soal. pdhl dg bgitu justru mnujukkan kualitas pengajaran di skul itu ada yg ga beres. ya nggak sih, pren?

    BalasHapus
  2. hha..ini kayak lingkaran setan yang ga berhneti diperdebatkan...

    tapi bagi yang serius beljar buat UN, ntar spmb n kuliahnya jadi gampang lo.. ga ada salahnya belajar, ntar pasti dibalas koq hasil kerja kerasnya..

    *pengalaman saya yang ga beljar

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda atas isi blog saya ini. Kritik, saran yang membangun sangat diharapkan, namun harap sopan.

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.