Langsung ke konten utama

Piala Sudirman, Mimpi bagi Indonesia


Nonton siaran badminton lagi, setelah ajang Olimpiada tahun lalu. Kali ini, Indonesia berhasil masuk ke babak Semifinal Piala Sudirman sebagai Runner Up Grup A.
Piala Sudirman adalah perlombaan bulutangkis beregu campuran, yang diselenggarakan dua tahun sekali. Dimulai di tahun 1989 di Jakarta. Indonesia menjadi juara kali itu, namun sayangnya di tahun-tahun berikutnya, piala tersebut berpindah-pindah tangan antara Cina (6 kali) dan Korea Selatan (3 kali). Kalau sebelum adanya piala ini, antar negara hanya berlomba dalam piala Thomas (untuk beregu putra) dan Uber (beregu putri), maka dengan piala Sudirman, semua nomor dipertandingkan, tunggal putra/putri, ganda putra/putri dan ganda campuran.
Kekuatan Indonesia tahun ini sebenarnya tidak kalah dari negara-negara lain. Buktinya, kita maju ke semifinal dan di babak ini, kita menghadapi Korea Selatan.
Di partai pertama, ganda campuran peringkat 1 IBF, Nova Widianto/Lilyana Natsir dari Indonesia menghadapi ganda terkuat Korea, Lee Young Dae/ Lee Hyo Jung. Kekuatan kedua pasangan ini berimbang cukup berimbang di awal-awal set pertama, namun ganda Korea mampu menang dengan dua set langsung, 18-21, 15-21.
Di partai selanjutnya, Sonny Dwi Kuncoro vs Park Sung Hwan. Sonny, tipikal pemain yang lambat panas kalah di set pertama. Namun, akhirnya Sonny berhasil menang di dua set sisa. Skor 1 - 1 , imbang antara Korea dan Indonesia.
Partai ketiga menghadirkan pertarungan tunggal putri, Maria Kristin vs Hwang Hye Youn. Maria yang berbeda dua peringkat dengan lawannya, gagal memenangkan pertandingan. Tunggal paling diandalkan di sektor putri ini masih dibekap cidera yang parah.
Setelah unggul 2 - 1, Korea berada di atas angin, dan membuat Indonesia tertekan. Harapan selanjutnya, ganda putra dadakan Indonesia, M. Ahsan/ Hendra Setiawan melawan Ganda Putra Korea, Lee Young Dae/ Jung Jae Sung. Namun, keduanya tidak berdaya menghadapi pasangan Korea tersebut dan menyerah straight set, 9-21, 19-21. Korea pun melaju ke Final, sedangkan kita hanya memperoleh juara ketiga, medali Perunggu bersama-sama Malaysia.
Mengapa kita bisa kalah? Pertanyaann ini mungkin bisa dijawab oleh salah seorang komentator, "Korea lebih siap dari kita!". Ya, Indonesia memang minim persiapan kali ini.
Bagaimana dengan Sudirman Cup dua tahun ke depan, apakah masih jadi mimpi untuk Indonesia?? Semoga tidak...v_v !
Semangat..Fighting!!!!!!!

ps: Cina juara, sukses taklukkan Korea 3 - 0 tanpa balas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Bulutangkis Indonesia di 2017

Tahun 2017 hampir berlalu, begitu pula dengan gelaran turnamen-turnamen Badminton sepanjang tahun 2017 telah ditutup dengan berakhirnya Superseries Final di Dubai pada 17 Desember yang lalu.  Bagaimana dengan prestasi pebulutangkis kita sepanjang tahun ini, apakah lebih baik dari capaian di tahun 2016 lalu? Kalau tahun lalu, prestasi paling puncak adalah emas di Olimpiade Rio yang direbut oleh pasangan andalan kita, Tontowi Ahmad (Owi) dan Liliyana Natsir (Butet). Hampir tidak berbeda di tahun ini, pada bulan Agustus di Kejuaraan Dunia Bulutangkis yang merupakan salah satu ajang bergengsi di dunia bulutangkis, gelar Juara Dunia Ganda Campuran kembali dipersembahkan oleh pasangan Owi dan Butet. Gelar yang pernah juga mereka raih di tahun 2013 yang lalu. Owi dan Butet juga meraih gelar di Indonesia terbuka Super Series Premier (SSP) di bulan Juni, yang sangat istimewa karena gelar di rumah sendiri inilah gelar yang paling sulit mereka dapatkan selama berpasangan. Gelar super seri...

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.