Langsung ke konten utama

Gugur satu per satu


Dulu, jumlah kami banyak sekali, saking banyaknya lantai 3 itu hampir mirip makassar kecil. Namun, seiring waktu, satu persatu mereka pun pergi.

Unhas Geofisika adalah satu-satunya prodi geofisika yang ada di Indonesia timur. Tidak heran, kalau banyak lulusannya yang mendiami BMG. Selain di perusahaan minyak yang memang banyak jadi incaran.

Kawan-kawan sealumni yang ada di kantor pusat, kini berkurang. Mereka kembali ke kampung, lebih memilih berkumpul dengan keluarga ketimbang mengejar karier di Ibukota. Dan kini, tinggal aku dan dua orang yang bertahan. Entah sampai kapan, mungkin di antara kami akan ada yang menyusul.

Aku, tak tahu. Ibukota kini masih menarik bagiku. Dua atau tiga tahun lagi, aku sungguh tak tahu. Mungkin,..........

Komentar

  1. mungkin..mungkin Pia ikutan pulkam seperti jejak para senior terdahulu, pindah ke kantor cabang.. **dimana ya?**

    BalasHapus
  2. Aku ketika kul beberapa kali ketemu anak-anak dari Indonesia Timur yaitu dari Unhas,Unhalu,Umi dll. Kawan-kawan itu bukan orang yang manja karena kata mereka hidup dalam situasi yang lebih banyak bersaing daripada yang berada di Indonesia Barat. Mereka serius pada bidang yang ditekuninya dan bermental kuat. Orang-orang seperti ini kalau bekerja tak mikir prestise tapi dedikasi lebih utama dan jarang mengeluh. Jadi lebih mudah beradaptasi. Mungkin orang-orang yang pindah itu berpikiran untuk lebih maju harus mencari situasi yang lebih baik. That's all.

    BalasHapus
  3. bekerja di BMG yah???

    hmmm....maju terus bro'
    amalkan geofisika'

    @ustadz
    hehe...aku yang di WIB jadi maluu

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda atas isi blog saya ini. Kritik, saran yang membangun sangat diharapkan, namun harap sopan.

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.