Langsung ke konten utama

Surat untuk Bapak Mendiknas

Assalamua'alaikum pak..
Kenalkan pak, saya salah satu anak dari bangsa ini. Saya mau curhat pak, mengenai masalah yang mengganjal di hati kami.
Pak menteri yang terhormat,
Bisa nggak pak Ujian Akhir Nasional ditiadakan, kami mohon pak. Semenjak ada UAN, mental kami menjadi lemah. Guru-guru pun begitu. Bahkan, para guru sampai berkata (maaf pak, ini dalam bahasa daerah):"Janganmi ko terlalu PeDe bisa lulus, meskipun ko pintar, pakemi saja kunci jawaban???!!!!". Betul pak, ini kenyataan, sumpah deh!
Padahal, dulu, kata senior-senior kami, Ujian Akhir gak gitu deh, pokoknya asyik-asyik aja. Murid yang menggunakan kunci jawaban dianggap aneh dan gak keren. Tetapi, kok sekarang kebalikannya. Malahan kami yang mau berlaku jujur-lah yang dibilang aneh.
Pak menteri, kami mohon pak. Pendidikan adalah salah satu dasar dari pembangunan negeri, kalau anak-anak hasil UAN sekarang sudah banyak yang berlaku korup, bagaimana nanti, saat kami jadi pemimpin?
Pak menteri, cukup sekian surat saya ini. Sampai disini, saya sudah tidak mampu berkata-kata lagi.
Salam saya..

PS: di balas y pak, hehehhe :)

*hasil obrolan dengan teman*

Komentar

  1. Gile, impressing bener ini surat. Sy doakan mudah2an aspirasi ini didenger sama pa menteri, salut! :-)

    BalasHapus
  2. sekitar seminggu yang lalu, ketemu pak menteri.face to face meski dia dipanggung dan saya di bawah sebagai pendengar. kami di mesjid Athirah waktu itu. Dan saya punya sejuta uneg2 yang tak terdengar.
    beliau memuja-muji pendidikan nasional dan anak-anaknya (kebetulan kedatangan beliau untuk pembukaan olimpiade sains). Mendengar itu saya cuma mencibi dari bawah dengan hati miris. Itu pun tak terlihat oleh beliau.

    temanmu di makassar,
    berusaha untuk selalu peduli dengan bangsa ini

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda atas isi blog saya ini. Kritik, saran yang membangun sangat diharapkan, namun harap sopan.

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.