Langsung ke konten utama

Wahyu-Ade, si Juara Thailand GPG 2015 yang sering tak dianggap

Wahyu Nayaka dan Ade Yusuf menjadi penyelamat muka Indonesia Minggu sore yang lalu. Maju ke babak final Kejuaraan Thailand Open Grand Prix Gold 2015 di tiga nomor, Indonesia hanya mampu membawa 1 gelar ganda putra lewat Wahyu-Ade. Dua finalis lain, Praveen Jordan-Debby Susanto dan Ihsan Maulana M harus mengakui keunggulan lawan-lawan mereka.

Nama Wahyu-Ade sebenarnya bukan nama baru di jajaran ganda putra pelatnas kita. Hanya saja pamor mereka kalah dari pasangan sepantaran, Angga Pratama-Ricky Karanda dan junior mereka Kevin Sanjaya-Marcus Gideon yang bulan Juni lalu ikut dalam tim SEA GAMES 2015. Padahal mereka bukannya tanpa gelar karena mereka sudah pernah merebut juara ganda putra di Dutch Grand Prix 2013 dan Iran International Challenge 2013. Hanya saja setelah itu, prestasi mereka menurun dan hanya menjadi penghias di berbagai turnamen yg diikuti.

Di tahun 2015, rupanya terjadi perubahan yang cukup signifikan. Pasangan ini mulai bisa bersaing dengan ganda putra kuat dunia, dan tidak kerap terhenti di babak-babak awal. Dan yang terakhir, di Thailand GPG 2015, mereka berhasil menjadi juara setelah mengalahkan mantan ganda no.1 asal Malaysia, Tan Beon Hoong-Koo Kien Kiet dalam 3 game yang ketak, 19-21 23-21 21-16. Mengandalkan serangan, drive dan permainan depan yang cepat, Wahyu dan Ade tampil dengan energi dan kekompakkan yang lebih dari pasangan mantan juara Asian Games 2006. 

Walaupun mejadi juara ganda putra bagi Indonesia bukanlah hal yang mengejutkan sebab sebelumnya di semifinal ada 3 pasangan Indonesia. Namun ganda Malaysia, TBH-KKK tidak bisa dianggap enteng. Dengan pengalaman dan strategi yang mumpuni, terbukti mereka mampu mengandaskan ganda andalan kita, Angga Pratama-Ricky Karanda, juara Singapore Super Series 2015. Alhamdulillahnya, Wahyu-Ade mampu mengalahkan mereka di final.

Dengan kemenangan ini, Wahyu-Ade akan terus digenjot agar bisa terus berprestasi di berbagai turnamen sisa tahun ini. Semoga bisa nambah gelar ya, aamiin.

*update: Ade Yusuf di-degradasi dari Pelatnas karena sakit tahun 2016, kini Wahyu tanpa pasangan :(

Komentar

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda atas isi blog saya ini. Kritik, saran yang membangun sangat diharapkan, namun harap sopan.

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.