Langsung ke konten utama

Rencana di Tahun Depan

Insya Allah, masih akan berhubungan dengan buku.

Yang pertama, membuat buku sendiri. Setelah "menembus" beberapa antologi, saya bertekad untuk memiliki buku solo. Yang semua aspeknya pasti berdasarkan kemauan saya, sampul, layout, warna, jenis huruf. Isinya, karena tidak menulis secara khusus, semua isi buku itu berasal dari blog saya, dari ini dan yang di multiply. Istilah kerennya BLOOK, a book based on a blog.

Tahun ini sebenarnya mau buat buku solo juga, yakni photobook. Hanya saja, karena di tengah proses saya menilai foto-foto saya itu belum layak dibuat buku, photobook itu tak kunjung rampung juga. Kemungkinan kalau saya punya kamera yang lebih mumpuni, niat itu akan saya teruskan.

Rencana kedua, membantu kawan yang mau membuat buku puisi, versi duo. Saya akan memegang peran sebagai pengumpul bahan, editor, layouter dan penghubung ke publisher.  Proyek yang ini sedianya dilakukan di awal tahun, sebelum buku sendiri. Mengapa? Saya mau belajar dulu buat buku orang lain, baru buat buku sendiri. Lumayan, pengalamannya pasti berbeda. Maksud yang "mulia" ini punya satu kelemahan, saya "buta" puisi,  

Rencana-rencana lainnya, mungkin berupa harapan-harapan saja. Semoga tahun depan diberi kesehatan oleh Allah, sehingga mampu berkarya yang lebih baik lagi. Juga keimanan yang lebih meningkat, aamiin.



Komentar

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda atas isi blog saya ini. Kritik, saran yang membangun sangat diharapkan, namun harap sopan.

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.