Langsung ke konten utama

Ahsan-Hendra, Daebak!!

Malaysia Super Series berakhir kemarin. Dua wakil Indonesia di final hanya mampu mempersembahkan satu gelar, ganda putra.

Laga ganda putra yang mempertemukan pasangan kita, Muh. Ahsan-Hendra Setiawan dengan ganda Korea, Lee Yong Dae-Ko Sung Hyun memberikan tontonan yang menyegarkan sekaligus tak terduga bagi saya. Sebab, sehari sebelumnya saya hanya memperkirakan pasangan kita ini merebut runner-up. Pasangan Korea menurut saya lebih unggul, selain juga karena mereka sebelumnya menang minggu lalu di Korea Open (yang peringkat turnamennya lebih tinggi dari Malaysia Super Series).

M.Ahsan-Hendra Setiawan di Malaysia Super Series 2013(sumber olahraga.kompas.com)

Peringkat pasangan Indonesia yang baru mencapa 66 dunia di atas kertas jauh dari pasangan Korea yang sudah masuk sepuluh besar dunia (6 BWF). Namun, progress pasangan kita di turnamen ini lumayan mengagumkan. Rata-rata waktu tiap pertandingan yang mereka mainkan hanya di bawah 30 menit, yang berarti permainan mereka cepat dan akurat. Begitupun dengan pertandingan kemarin berjalan selama 29 menit saja. Sungguh prestasi yang mencengangkan.

Pertandingan final Ganda Putra Ahad kemarin berjalan cepat. Lee Yong Dae dan Ko Sung Hyun memperlihatkan performa yang antiklimaks. Mungkin faktor kelelahan secara emosional mengingat mereka telah bertanding selama lima minggu tanpa henti dan selalu mencapai final. Berbeda dengan ganda Indonesia yang terlihat lebih siap dan selalu mengambil inisiatif penyerangan. Ahsan dan Hendra nampak lebih "cool", keren (haha, subjektif sekali memang!!). Ahsan yang bisa saya katakan biasanya "temperamental" waktu berpasangan dengan Bona, kini tampak matang. Smesh-smeshnya lebih akurat dan jarang membuat kesalahan sendiri. Hendra yang lebih punya pengalaman (dari segi waktu dan jumlah gelar) mengatur pertandingan kemarin dengan apik dan berhasil membungkam Lee Yong Dae. Lee Yong Dae hanya bisa geleng-geleng kepala, tak tahu harus menggunakan strategi yang mana lagi untuk menembus pertahanan dan membalas serangan ganda kita. Pasangan kita unggul dua set langsung, 21-15 21-13.

Faktor lain (dari info komentator) yang turut menyumbang kemenangan Ahsan-Hendra adalah gaya permainan mereka yang sama sekali baru, sehingga menyulitkan pasangan lain untuk membaca arah permainan mereka. Pasangan yang baru diduetkan setelah Olimpiade London ini memang memiliki cara bermain yang sama sekali beda dari gaya Ahsan-Bona ataupun Markis-Hendra (pasangan mereka sebelumnya). 

Kesimpulannya, permaianan gandra putra kita, Muh.Ahsan dan Hendra Setiawan di final Malaysia Open kemarin memang hebat, DAEBAK!! 

-------------
Selain mereka, Sony Dwi Kuncoro juga maju ke final. Sayang, dia dikalahkan oleh Lee Chong Wei. Sesuatu yang memang sudah diperkirakan.

Hasil pertandingan yang lain bisa dibaca di sini.

Komentar

  1. keren ya pasangan ini. kalo regenerasi pemainnya bagus, mungkin indonesia bakal sering menang

    BalasHapus
  2. wah kayak sodara sepupu saya yg dr kendari juga
    suka banget nonton badminton, klo pas ada ajang beginian fb nya penuh dgn apdet badminton :D

    BalasHapus
  3. ampun reportase olahraga ple..xixixi

    BalasHapus
  4. Semoga Badminton Indonesia bisa bangkit lagi

    BalasHapus
  5. Hidup Badminton Indonesia
    Semoga makin jaya....

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda atas isi blog saya ini. Kritik, saran yang membangun sangat diharapkan, namun harap sopan.

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.