Langsung ke konten utama

250 Juta Tahun Kemudian.

Kalian mungkin sudah sering mendengar lempeng-lempeng bumi yang bergerak. Lempeng (tektonik) yang menyusun kulit bumi itu bergerak tak henti-henti. Dari penelitian para ilmuwan dari data pergerakan lempeng tersebut (data GPS), mereka membuat model-model bumi dari beberapa periode. Berikut adalah gambar-gambar model tersebut.

Bumi sekarang,

50 juta tahun lagi,

Yang ini 150 juta tahun lagi,

Nah, ini kalau sampai 250 juta tahun kemudian,

Model terakhir disebut "Pangea Ultima". Bagi yang pernah membaca sejarah bumi, mungkin pernah mendengar kata "Pangea". Yap, dulu bumi kita juga pernah bersatu dalam satu benua yang disebut "Pangea". Namun, semua model ini masih teori, ya. Mungkin bisa terbantahkan jika nanti terjadi kiamat, dimana bumi dan seisinya akan hancur. Wallahu a'lam.

Sumber:

Komentar

  1. wow jadinya menyatu lagi ...
    sayang umur kita ga nyampe jutaan tahun untuk bisa merasakan perubahannya ya mbak :D

    BalasHapus
  2. wah jasa penerbangan bisa dikurangi 250juta th lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo msh ada pesawatnya. Kalo udah pake teleportasi, ga usah pake pesawat lagi :-P

      Hapus
  3. kl teori ini benar, berarti bakal kayak dulu lagi ya :)

    BalasHapus
  4. eh ada lomba...ikutan ya... :D

    http://skydrugz.blogspot.com/2012/12/lomba-artikel-ilmiah-populer-arteri.html

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda atas isi blog saya ini. Kritik, saran yang membangun sangat diharapkan, namun harap sopan.

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.