Langsung ke konten utama

Bulutangkis di Olimpiade London 2012

Olimpiade London sudah berakhir, dan atlit Indonesia tak terlihat saat upacara penutupan. Mereka sudah pulang beberapa hari sebelumnya. Prestasi mereka adalah yang terburuk semenjak tahun 1992, tak ada medali emas yang di tangan.

Mengapa bisa gagal?

Cabang bulutangkis yang selama ini menjadi andalan penyumbang medali memang sudah memperlihatkan tanda-tanda keredupannya sejak lama. Bahkan sejak olimpiade Beijing 2008 lalu. Di piala beregu seperti Thomas dan Uber saja tak lagi berjaya, para pebulutangkis kita juga jarang memperoleh gelar di berbagai kejuaraan bahkan yang levelnya rendah. 

Regenerasi dituding tak berjalan mulus. Berbagai atlit yang dikirim hanya itu-itu saja, tak ada perubahan.  Sebut saja Taufik Hidayat yang selalu menjadi andalan di sektor tunggal putra, yang semakin tak berdaya melawan berbagai pendatang baru sementara junior di belakangnya tak kunjung memperlihatkan prestasi berarti.

Semrawutnya kepengurusan organisasi bulutangkis juga berperan tak kalah penting. Berbagai intrik dan masalah yang melanda membuat iklim tak sehat yang imbasnya sangat buruk bagi atlet. 


Simon Santoso setelah dikalahkan Lee Chong Wei, babak 16 besar (sumber zimbio.com)

Kita memang sempat berharap kepada pasangan Ganda Campuran, Lilyana Natsir-Tantowi Ahmad untuk medali emas. Melihat prestasi di tahun ini yang cukup cemerlang. Namun ternyata, harapan tinggal harapan. Prestasi tanpa mental yang matang membuyarkan semuanya. Butet-Owi kandas di semifinal, dan mesti tersingkir dalam perebutan medali perunggu melawan pasangan Denmark, Christinna Pedersen-Joachim Fischer.

Kisah kelam juga dibuat oleh pasangan putri kita, Meliana Jauhari dan Greysia Polii. Mereka terseret arus "Opera Soap" pasangan ganda putri Cina dan Korea, sehingga menghasilkan keputusan pahit diskualifikasi dari BWF.

Tunggal putra kita terhempas di babak 16 besar, Taufik dan Simon. Ganda putra keok di perempat final, Bona-Ahsan oleh pasangan Korea Lee Yong Dae-Chung Jae Sung. Tunggal putri Firdasari tumbang melawan pemain Cina, Wang Xin di perempat final. Tragis dan mengenaskan ;(

Meski begitu, perolehan tanpa emas kali ini rupanya menular ke negara yang juga menjadi langganan emas olimpiade, Korea Selatan. Bedanya, mereka masih bisa mendapat perunggu lewat ganda putra, sedangkan kita hampa tanpa medali.

Olimpiade kali ini juga memberi berkah bagi negara yang belum pernah sama sekali mendapat medali lewat bulutangkis, Jepang dan Rusia. Skandal "Opera Sabun" memuluskan langkah ganda putri mereka ke babak puncak.

Raihan Cina di Olimpiade London ini terbilang fantastis, lima emas. Prestasi yang selalu terjegal oleh Indonesia dan Korea Selatan di era-era sebelumnya. Lin Dan, Li Xue Rui, Cai Yun-Fu Hai Feng, Tian Jing-Zhao Yun Lei dan Zhang Nan-Zhao Yun Lei membuktikan keperkasaan Cina di pentas bulutangkis dunia memang tak terbantahkan.

Capaian yang amat sangat membuat iri.

Indonesia, kapan lagi medali emas di tangan kita??

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah Kecil untuk Konservasi Sumber Air

Berapa liter dalam sehari air yang kamu pakai buat keperluanmu? Lima, sepuluh? Bisa lebih dari itu. Jika mandi dilakukan dua kali sehari, maka bisa dihitung kira-kira lebih dari 50 liter saja dihabiskan buat mandi saja, belum buat yang lain. Dari mana air itu kita peroleh? Masyarakat kita kebanyakan memperolehnya dari sumber air tanah, karena kemampuan perusahaan air yang masih terbatas. Banyak juga yang memperolehnya dari sungai, bahkan ada yang membangun rumah dekat sungai sehingga tak perlu bersusah-susah mencari sumber airnya.

Kersen, Jambu Air dan Rambutan

Tulisan ini diikutkan pada  8 Minggu Ngeblog   bersama Anging Mammiri, minggu pertama. S uatu sore, April 1994 Aku terbangun dari tidur siangku. Tak ada mimpi buruk, aku tidur dengan pulas siang itu. Setelah berdiam diri sambil merenung, aku lalu melompat dari tempat tidur. It's Cheery Tree time , waktunya Pohon Kersen sodara-sodara!! Kaki dan tanganku lincah mencari dahan untuk dinaiki. Berpuluh-puluh buah Kersen warna-warni menggodaku. Aku tak sabar lagi ingin mencicipi manisnya buah-buah Kersen itu. Hmmmmm..., Jangan tanya berapa lama aku bisa bertahan di atas pohon Kersen, bisa berjam-jam. Dan, untungnya, pohon Kersen itu tak jauh dari rumah. Pohon itu dengan gagahnya bertengger di depan teras depan rumah nenekku. Pohon yang jadi favoritku dan sepupu-sepupu serta kawan-kawan sepermainan di sekitar rumah nenekku. Kersen (gambar dari sini )

Saya Pilih Ubuntu!

Sekitar awal tahun lalu, saya sudah punya niat untuk membeli laptop sendiri. Setelah bertahun kerja dan selalu mengandalkan komputer kantor buat mengerjakan semua kepentingan dengannya, saya ingin mengubah keadaan ini. Saya lalu mengumpulkan sedikit demi sedikit uang honor demi sebuah laptop.  Setelah beberapa saat, uang akhirnya terkumpul.  Setelah bertanya kesana kemari merek laptop yang kira-kira murah tapi bagus, dan juga bantuan sahabat baik saya, Ami, yang kebetulan cerewet sekali kalau membahas hal-hal berhubungan dengan gadget. Kami pun lalu menunjuk sebuah merek. Pertama kali memilih laptop tersebut, abang penjualnya menawarkan memakai sistem operasi sejuta umat, sang Jendela. "Mau pake Win***s? Kalau mau, drivernya udah ada. Tinggal nambah aja sejuta.", kata si penjual tersebut. "Oh, tidak. Mau pakai linux saja. Ada gak?" "Waduh, ga ada linux di sini. Susah itu." Saya menolak, mau memakai linux saja.